PERBANDINGAN TIGA NEGARA DI ASIA DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI
Asia masih sangat muda dan segar
dalam hal teknologi, jadi ekosistem teknologi di benua ini baru saja terbentuk.
Secara ekonomi, Asia baru bertumbuh cepat sejak beberapa dekade lalu. Sedangkan
di barat, ekosistem ini telah dibangun sejak lama dan kita telah mengetahui
beberapa nama besar dan wilayah penting seperti Silicon Valley, New York,
London, Paris, dan lainnya. Siapa yang tahu Asia? Benua ini sangat besar, dan
sulit untuk memutuskan di mana harus memulai mempelajari benua ini. Jadi, kami
bertemu dan berbincang dengan blogger, investor, dan entrepreneur di seluruh
Asia untuk meminta mereka berbagi sedikit tentang ekosistem startup di kota dan
negara mereka masing-masing. Dan berikut adalah 11 ekosistem startup di seluruh
Asia.
Tetapi saya akan membandingnya 3 Negara di Asia dalam
perkembangan Teknologi. Sebagai berikut :
1.
Singapura
Singapura adalah tujuan pertama di
Asia bagi sebagian besar orang barat. Negara ini sering disebut sebagai tempat
terbaik untuk hidup di dunia dan diperkirakan akan menyalip Swiss sebagai
negara pinggir laut terkaya pada tahun 2020. Dengan kata lain, Singapura adalah
negara kaya dan mempunyai infrastruktur bagus termasuk sistem pemerintahan,
hukum, dan keuangan yang stabil, bersih, dan efisien, ditambah lagi dengan
adanya jaringan transportasi dan IT yang solid, tenaga kerja yang terdidik, masyarakat
multikultural yang mampu berbahasa Inggris, dan masih banyak lagi. Meski
Singapura mempunyai populasi kecil yaitu hanya lima juta orang, negara ini
memiliki tingkat penetrasi internet, mobile, dan smartphone yang kuat, dengan
memiliki ARPU sebesar USD 40, dan pasar e-commerce yang bernilai USD 2 miliar
dan terus bertumbuh.
Singapura mungkin memiliki ekosistem
startup yang paling berkembang di Asia, dengan munculnya banyak startup pada
berbagai tahap. Negara ini juga mempunyai akselerator yang sangat aktif seperti
JFDI dan banyak pendanaan awal dialirkan sebagai bagian dari skema pendanaan
NRF TIS dari pemerintah. Selain itu, ada banyak angel investor seperti
co-founder Skype Toivo Annus (yang telah berinvestasi di startup Singapura
seperti Coda, Luxola, Redmart, Referral Candy, ADZ, dan Garena).
Singapura adalah titik berkumpulnya
startup di Asia dan menjadi launchpad bagi entrepreneur lokal
dan juga entrepreneur asing untuk membangun bisnis di negara ini. Singapura
memiliki banyak perusahaan lokal (SGCarMart, HungryGoWhere, dll) dan
internasional (JobsCentral, Brandtology, TenCube, dll.) yang sudah exit dalam
beberapa tahun terakhir, dan juga perusahaan yang sedang berkembang seperti
PropertyGuru dan Reebonz.
Meskipun demikian, potensi Singapura sebagai pusat
startup di Asia Tenggara terancam oleh aturan imigrasi yang ketat, birokrasi
pemerintahan yang terlalu tegas, dan xenophobia yang dialami
masyarakatnya. Apalagi dengan munculnya kota-kota terdekat dengan talenta dan
pasar domestik yang besar, Singapura harus lebih agresif dan berani mengambil
risiko untuk memperkuat posisinya sebagai kota startup.
2. Tokyo,
Jepang
Jepang merupakan salah satu pasar
yang cukup ‘dewasa’ dan berpengaruh di kawasan ini. Pusat segala aktivitasnya
berada di Tokyo. Tapi masa dimana perusahaan besar seperti Hitachi, Sony,
Fujitsu, and Panasonic muncul sebagai bintang baru telah berlalu, dan sekarang
banyak muncul perusahaan baru seperti GREE, DeNA, dan Rakuten yang mulai berpengaruh
dan bergerak secara global. Kalau kalian ingin mendapatkan gambaran singkat
ekosistem startup Jepang, silakan kunjungi situs rekan kami di TheBridge dan
Anda akan melihat ekosistem bisnis, VC, dan inkubator yang segar.
Selain kesuksesan besar dari
startupnya, sistem pendidikan di Jepang sangat mendukung, dengan adanya
inkubator seperti Open Network Lab. Anda dapat melihat daftar lengkap inkubator
dan akselerator di Jepang.
Di sisi lain, masalah yang dihadapi
startup Jepang cukup sulit: kultur yang berisiko rendah, harga sewa yang mahal,
dan ekosistem yang kecil. Tapi terlepas dari hal ini, Jepang mendapat
kesuksesan besar dan pemerintahnya sangat mendukung startup dengan membantu
menyediakan inkubator yang jumlahnya sekitar 300 di seluruh negara ini.
3. Beijing dan
Shanghai, China
China mungkin mempunyai industri web
yang mapan, tapi negara tersebut masih sulit dijamah untuk startup China. Tidak
seperti Singapura, pemerintah China kurang mendukung ekosistem startup, dan
terdapat banyak perusahaan web di sana yang dengan mudah dan cepat bisa meniru
produk utama para startup. Bahkan, lebih besar kemungkinan startup Anda ditiru
daripada diakuisisi. Saat ini, aplikasi pemesanan taksi sedang bermunculan –
tapi kemudian otoritas mulai mengatur atau bahkan melarang aplikasi ini di
beberapa kota. Apa lagi yang startup bisa lakukan? Tidak ada.
Sisi baiknya, ada ekosistem startup
yang luar biasa mulai dari startup tahap ide hingga yang sudah memiliki
pendanaan besar. Acara startup seperti Startup Weekend dan Barcamp sangat
sering diselenggarakan di kota seperti Beijing, Shenzhen, dan Shanghai. Akan
bagus jika kompetisi startup juga diselenggarakan (seperti TechCrunch Disrupt
atau acara Startup Asia kami) untuk memberi startup lokal dorongan visibilitas,
seperti dorongan finansial untuk pemenang. Acara tahunan GMIC Beijing sudah
melakukan hal ini, tapi lebih banyak presentasi dan kompetisi tentunya akan semakin
bagus.
Terkait pendanaan, banyak pihak yang
tertarik untuk melakukan investasi di China. Bidang e-commerce tampaknya
mendapat ketertarikan yang terbesar, dengan banyaknya perusahaan seperti
Sequoia Ventures, GGV Capital, hingga Bluerun Ventures dari California tertarik
pada e-store yang inovatif. Ranah sosial menjadi area yang paling sulit – sulit
untuk dimonetasi tapi mudah untuk ditiru – bagi semua orang (kecuali beberapa
orang yang beruntung). Dengan nilai e-commerce di China yang mencapai USD 177
miliar pada tahun 2013, tidak heran jika banyak startup yang ingin mencoba
ranah bisnis negara ini.
Terkait inkubasi dan akselerasi,
Innovation Works yang didirikan oleh Lee Kaifu adalah yang terbesar, dengan
menginkubasi lebih dari 50 startup yang diperkirakan berharga senilai lebih
dari USD 600 juta.
Innovation Works dapat memberikan
pendanaan seri A dan juga pendanaan tahap awal. Selain itu, ada Tisiwi di
Hangzhou, dan Chinaccelerator di Dalian.
KESIMPULAN :
Di Negara Asia perkembangan teknologi
sudah maju begitu pesat, dari ketiga Negara di Asia Singapura, Jepang dan China
memiliki tingkat perkembangan teknologi yang berbeda. Di Negara Singapura
mempunyai populasi kecil yaitu hanya lima juta orang, negara ini memiliki
tingkat penetrasi internet, mobile, dan smartphone yang kuat, dengan memiliki
ARPU sebesar USD 40, dan pasar e-commerce yang bernilai USD 2 miliar dan terus
bertumbuh. Pada Negara Jepang, memiliki perusahaan besar seperti Hitachi, Sony,
Fujitsu, and Panasonic muncul sebagai bintang baru telah berlalu, dan sekarang
banyak muncul perusahaan baru seperti GREE, DeNA, dan Rakuten yang mulai
berpengaruh dan bergerak secara global. Sedangkan di Negara China terdapat
Bidang e-commerce yang tampaknya mendapat ketertarikan yang terbesar,
dengan banyaknya perusahaan seperti Sequoia Ventures, GGV Capital, hingga
Bluerun Ventures dari California tertarik pada e-store yang inovatif.